Ustaz Yahya Waloni Meninggal Dunia Saat Khotbah di Masjid Makassar Bersama Pimpinan Pafi Provinsi Kepri

ustaz-yahya-waloni-wafat-saat-khotbah-bersama-pafi-kepri-banner-pafiprovinsikepri

Makassar — Suasana hening mendadak menyelimuti Masjid Al-Muhajirin, Makassar, Sabtu siang. Ustaz Yahya Waloni, pendakwah yang dikenal lantang dan penuh semangat, tiba-tiba jatuh di tengah khotbah Jumat yang disampaikannya. Detik itu juga, para jemaah terdiam. Suara lantangnya terputus di tengah-tengah kalimat, membuat hati setiap orang yang hadir tercekat.

Yang menjadi saksi momen tersebut bukan hanya jemaah biasa. Di antara mereka, tampak hadir pula sosok penting dalam dunia kesehatan — Pimpinan Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Provinsi Kepulauan Riau. Ia berada di barisan depan, menyimak setiap kata sang ustaz sebelum takdir berkata lain.

Khotbah Terakhir yang Menggetarkan

Siang itu, seperti biasa, masjid penuh. Ustaz Yahya dikenal selalu berhasil menghidupkan suasana. Isi ceramahnya tentang pentingnya taubat dan kesiapan menyambut kematian terasa lebih menggugah dari biasanya. Ironis sekaligus menggetarkan, karena itulah pesan terakhir yang ia sampaikan sebelum dirinya sendiri dipanggil pulang.

“Sesungguhnya maut itu bisa datang kapan saja, bahkan di atas mimbar ini,” ucapnya saat khotbah — yang ternyata jadi kalimat terakhirnya.

Beberapa detik setelahnya, tubuh beliau terlihat goyah. Ia sempat memegang podium, lalu ambruk ke sisi kanan. Para jemaah sontak panik. Pimpinan PAFI Kepri yang berada tak jauh langsung bergerak cepat. Sebagai seorang profesional kesehatan, ia langsung memberi pertolongan awal sembari meminta bantuan medis.

Upaya Pertolongan Cepat di Tengah Kepanikan

Berbekal pelatihan medis dasar dan pengalaman di dunia farmasi, Pimpinan PAFI Kepri berupaya melakukan tindakan penyelamatan. Ia memastikan napas dan nadi ustaz, memeriksa kemungkinan serangan jantung atau henti napas. Dalam hitungan menit, petugas medis datang dan membawa almarhum ke rumah sakit terdekat.

Namun takdir telah ditentukan. Beberapa saat setelah tiba di IGD, pihak rumah sakit menyatakan Ustaz Yahya Waloni telah wafat. Jenazahnya kemudian dibawa ke rumah duka diiringi isak tangis dari keluarga, murid, dan para pengikutnya.

PAFI Kepri: Kami Saksikan Kematian yang Mulia

Ditemui awak media, pimpinan PAFI Kepri yang enggan disebut namanya menyampaikan rasa duka yang mendalam. Ia menuturkan bahwa dirinya merasa terhormat bisa menjadi saksi atas wafatnya seseorang dalam keadaan berdakwah, di rumah Allah, saat menyampaikan pesan penting bagi umat.

“Tak semua orang diberi kehormatan wafat dalam keadaan seperti itu. Kami semua menangis, bukan hanya karena kehilangan, tapi karena rasa haru menyaksikan seseorang yang berpulang dalam keadaan paling mulia,” ujarnya pelan.

Ia juga menegaskan pentingnya kesiapsiagaan kesehatan di ruang publik, termasuk di rumah ibadah. “Kami dari PAFI terus mendorong pelatihan pertolongan pertama bagi masyarakat umum. Karena kita tak pernah tahu kapan kita dibutuhkan,” imbuhnya.

Sosok Ustaz Yahya Waloni: Kontroversial, Tapi Dicintai

Nama Yahya Waloni tidak asing bagi publik. Ia dikenal sebagai penceramah yang berani, sering menyuarakan isu-isu sensitif dan kontroversial. Namun di balik sikapnya yang tegas, ia memiliki sisi lembut dan peduli, terutama terhadap anak yatim dan kalangan dhuafa.

Beberapa tahun terakhir, ceramahnya banyak menekankan soal kematian, persatuan umat, dan pentingnya hidup sederhana. Banyak yang menyebut bahwa ustaz sempat beberapa kali mengungkap rasa lelahnya dan keinginannya untuk “pulang dalam damai”.

Kini, doa itu seolah dikabulkan.

Duka dan Doa dari Seluruh Penjuru Negeri

Kabar meninggalnya Ustaz Yahya menyebar cepat. Di media sosial, berbagai ucapan belasungkawa mengalir. Mulai dari tokoh agama, pejabat publik, hingga masyarakat biasa mengirimkan doa.

Majelis Ulama Indonesia (MUI), beberapa organisasi dakwah, dan rekan-rekan seprofesi pun menyampaikan penghormatan terakhir. Tak sedikit yang menyebut bahwa kepergian sang ustaz merupakan kehilangan besar bagi dunia dakwah Indonesia.

Simbol Kepulangan yang Indah

Ustaz Yahya berpulang di tempat yang suci, dalam aktivitas mulia, di hadapan jamaah yang ia cintai. Ia wafat tidak dalam sunyi, tapi dalam sorotan mata yang kagum, pedih, dan bersyukur. Karena tidak semua orang diberi kesempatan untuk “pulang” dengan cara seperti itu.

Pimpinan PAFI Kepri menyebut momen itu sebagai pengingat keras bagi semua yang hadir, bahwa hidup ini fana dan tak bisa ditebak akhirnya.

Penutup: Dari Khotbah ke Keabadian

Kematian adalah takdir. Tapi cara seseorang meninggalkan dunia seringkali menjadi pesan yang lebih kuat dari seribu kata. Ustaz Yahya Waloni meninggal bukan hanya sebagai pendakwah, tapi sebagai pengingat hidup bagi umat yang ditinggalkan.

Dan di hari itu, ketika doa mengalir di udara, saat azan berkumandang, dan tangis bercampur takbir, kita menyaksikan satu hal: bahwa dalam kematian yang khusyuk, ada kehidupan yang terus berlanjut — lewat ajaran, kenangan, dan perjuangan.

Semoga Allah menerima seluruh amal baik almarhum. Aamiin ya rabbal ‘alamin.

Post Comment